Metode Yang Benar Dalam Memahami Islam
Adalah suatu fenomena yang kita saksikan dan tidak bisa dipungkiri bahwasanya ummat Islam
sudah terpecah belah menjadi beberapa golongan. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam sendiri mengabarkan bahwasanya ummatnya akan
terpecah menjadi 73 golongan (dan ini sudah terjadi), semuanya masuk
neraka kecuali satu golongan yaitu orang-orang yang mengikuti
Rasulullah dan para shahabatnya.
Akan tetapi, ketika ditanyakan kepada golongan-golongan tersebut,
mereka menjawab bahwasanya mereka berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan
As-Sunnah bahkan masing-masing golongan menyatakan golongannyalah yang
benar sedangkan yang lainnya salah/sesat, bersamaan dengan itu kita
ketahui dan saksikan bahwa golongan-golongan tersebut satu sama lainnya
saling bertentangan, bermusuhan bercerai-berai dan tidak berada dalam
satu manhaj yang menyatukan mereka. Hal ini seperti dikatakan di dalam
sya'ir: "Setiap orang mengaku punya hubungan dengan Laila akan tetapi
Laila tidak mengakuinya
Untuk itu satu hal yang pasti bagi kita bahwasanya kebenaran itu hanya
satu dan tidak berbilang yaitu golongan yang benar dan selamat hanya
satu yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para shahabatnya
(salaf) sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang
mutawatir. Dengan kata lain golongan yang selamat tersebut adalah
orang-orang yang memahami dinul Islam dengan pemahaman salafush shalih (manhaj salaf).
Sedangkan manhaj salaf adalah suatu istilah untuk sebuah jalan yang
terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para shahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in dan tabi'ut tabi'in di dalam
memahami dinul Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut Salafy atau
As-Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As-Salafiyyun.
Al-Imam Adz-Dzahabi berkata: "As-Salafi adalah sebutan bagi siapa saja
yang berada di atas manhaj salaf." (Siyar A'lamin Nubala` 6/21).
Kemudian di sini akan dikemukakan sebagian dalil-dalil yang menyatakan
bahwa manhaj yang benar dalam memahami agama adalah manhaj salaf serta
kewajiban bagi kita untuk mengikuti manhaj tersebut, yaitu:
1. Firman Allah subhanahu wa ta'ala :"Tunjukilah kami jalan yang lurus.
(Yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat."
(Al-Fatihah:6-7).
Al-Imam Ibnul Qayyim berkata: "Mereka adalah orang-orang yang
mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya?, maka setiap
orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam
mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang
lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para shahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka adalah orang-orang yang lebih
berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah
(Syi'ah)." (Madarijus Salikin 1/72).
Hal ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami agama ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus,
sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka,
berarti telah menempuh manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang
lurus pula.
2. "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (ummat Islam),
ummat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) menjadi
saksi atas (perbuatan) kalian." (Al-Baqarah:143).
Allah telah menjadikan mereka orang-orang pilihan lagi adil, mereka
adalah sebaik-baik ummat, paling adil dalam perkataan, perbuatan serta
keinginan mereka, karena itu mereka berhak untuk menjadi saksi atas
sekalian manusia, Allah mengangkat derajat mereka, memuji mereka serta
menerima mereka dengan penerimaan yang baik.
Dengan ini jelaslah bahwasanya pemahaman para shahabat merupakan hujjah
atas generasi setelah mereka dalam menjelaskan nash-nash Al-Qur`an dan
As-Sunnah.
3. "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Ali
'Imran:101).
Para shahabat adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada agama
Allah, karena Allah adalah pelindung bagi siapa saja yang berpegang
teguh kepada (agama)-Nya sebagaimana firman Allah: "Dan berpeganglah
kalian pada tali Allah. Dia adalah pelindung kalian maka Dialah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Al-Hajj:78).
Dan telah dimaklumi bahwasanya perlindungan dan pertolongan Allah
kepada para shahabat sangat sempurna, hal tersebut menunjukkan
bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah, mereka adalah orang-orang yang memberi petunjuk dengan
persaksian dari Allah.
4. "Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman
kepada Allah." (Ali 'Imran:110).
Allah telah menetapkan atas mereka keutamaan atas sekalian ummat, hal
tersebut karena keistiqamahan mereka pada segala hal, karena mereka
tidak akan melenceng dari jalan yang lurus, Allah telah bersaksi atas
mereka bahwasanya mereka menyuruh kepada setiap yang ma'ruf, mencegah
dari setiap kemunkaran, berdasarkan hal tersebut merupakan suatu
keharusan bahwasanya pemahaman mereka merupakan hujjah bagi generasi
setelahnya hingga Allah menetapkan putusannya.
5. "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali." (An-Nisa`:115).
Berkata Al-Imam Ibnu Abi Jamrah Al-Andalusi: "Para 'ulama telah
menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): Sesungguhnya yang
dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini adalah para shahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan generasi pertama dari
ummat ini,?." (Al-Mirqat Fi Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37).
Syaikhul Islam berkata: "Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan
mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin-red) adalah saling
terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya
kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin.
Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia
telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran." (Majmu' Fatawa
7/38).
Maksud ayat tersebut, bahwasanya Allah mengancam siapa saja yang
mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin (dengan neraka Jahannam),
maka jelaslah bahwasanya mengikuti jalannya para shahabat dalam
memahami syari'at Allah wajib hukumnya, sedangkan menyalahinya
merupakan suatu kesesatan.
6. "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah:100).
Makna dalil tersebut, bahwasanya Tuhan manusia memuji orang-orang yang
mengikuti manusia terbaik, maka diketahui dari hal tersebut bahwasanya
jika mereka mengatakan suatu pandangan kemudian diikuti oleh
pengikutnya pantaslah pengikut tersebut untuk mendapatkan pujian dan ia
berhak mendapatkan keridhaan, jika sekiranya mengikuti mereka tidak
membedakan dengan selain mereka maka tidak pantas pujian dan keridhaan
tersebut.
7. "Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al-Furqan:74).
Maka orang-orang bertaqwa secara keseluruhan berimam kepada mereka.
Adapun taqwa merupakan kewajiban, di mana Allah dengan gamblang
menyebutkannya dalam banyak ayat. Tidak memungkinkan untuk
menyebutkannya di sini, maka jelaslah bahwa berimam kepada mereka
wajib, adapun berpaling dari jalan mereka akan menyebabkan fitnah dan
bencana.
8. "Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku." (Luqman:15).
Seluruh shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
orang-orang yang kembali kepada Allah, maka Allah memberikan hidayah
kepada mereka dengan perkataan yang baik, serta berbuat amal shalih.
Maka merupakan suatu kewajiban untuk mengikuti manhaj para shahabat
dalam memahami agama Allah baik yang ada dalam Al-Qur`an ataupun
As-Sunnah.
9. "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah:24).
Sifat-sifat yang disebutkan pada ayat tersebut di atas adalah berkenaan
dengan sifat-sifat para shahabat Nabi Musa 'alaihis salam, Allah
mengabarkan bahwasanya Dia menjadikan mereka sebagai imam yang diikuti
oleh orang-orang sesudah mereka karena kesabaran dan keyakinan mereka,
jika demikian kesabaran dan keyakinan merupakan jalan untuk menjadi
Imam (pemimpin) dalam agama.
Dan sangat dimaklumi bahwasanya shahabat-shahabat Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam lebih berhak dengan sifat-sifat tersebut daripada
ummat Nabi Musa, mereka lebih sempurna keyakinan dan kesabaran dari
segenap ummat, maka mereka lebih berhak untuk menjadi imam dan ini
merupakan hal yang paten berdasarkan persaksian dari Allah dan pujian
Rasulullah atas mereka.
Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik
manusia adalah (generasi) pada zamanku, kemudian setelah mereka,
kemudian generasi berikutnya." (HR. Al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud
radhiyallahu 'anhu).
Allah telah melihat hati-hati para shahabat Rasulullah di mana Dia
mendapatkannya sebaik-baik hati para hamba setelah hati Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Dia memberikan kepada mereka
pemahaman yang tidak dapat dijangkau oleh generasi berikutnya, karena
itulah apa yang dalam pandangan shahabat merupakan suatu kebaikan
demikian pula dalam pandangan Allah dan apa yang dalam pandangan
shahabat jelek, jelek pula dalam pandangan Allah.
2. Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu berkata: "Kami
melaksanakan shalat maghrib bersama Rasulullah, lalu kami berkata:
"Sekiranya kita tetap di sini hingga kita melaksanakan shalat 'isya
bersama beliau", kemudian kami duduk, lalu beliau mendatangi kami
seraya berkata: "Kalian masih tetap di sini?" kami berkata: "Ya
Rasulullah, kami shalat bersama Engkau, kemudian kami berpendapat: kita
duduk di sini hingga melaksanakan shalat 'isya bersama Engkau." Beliau
berkata: "Ya". Abu Musa berkata: "Kemudian beliau mengangkat kepalanya
ke langit dan beliau sering melakukan hal tersebut, lalu beliau
bersabda: "Bintang-bintang adalah penjaga langit, jika bintang-bintang
telah redup, diberikan kepada langit persoalannya dan Aku adalah
penjaga bagi shahabat-shahabatku, jika aku telah tiada maka persoalan
akan diserahkan kepada shahabat-shahabatku, dan shahabat-shahabatku
adalah penjaga ummatku, jika shahabat-shahabatku telah tiada maka
persoalan diserahkan kepada ummatku". (HR. Muslim).
3. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian
mencela shahabat-shahabatku, demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya,
seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq dengan emas sebesar
gunung uhud, tidak dapat menyamai (pahala) satu mud infaq mereka, tidak
pula setengahnya." (Muttafaqun 'alaih).
4. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya
barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia
akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi
kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafa`
Ar-Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan
gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham?" (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi,
Ad-Darimi dan lainnya dari Al-'Irbadh bin Sariyah, lihat Irwa`ul Ghalil
no. 2455).
5. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Terus-menerus
ada sekelompok kecil dari ummatku yang senantiasa tampil di atas
kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan
mereka sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti
itu." (Muttafaqun 'alaih dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, dan ini
adalah lafazh Muslim).
6. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "?Ummatku akan
terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka
kecuali satu golongan. Beliau ditanya: "Siapa dia wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab: "(golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para
shahabatku berada (di atasnya)." (HR. At-Tirmidzi dari 'Abdullah bin
'Amr bin Al-'Ash).
Sedangkan ucapan para 'ulama akan wajibnya berpegang dengan manhaj salaf adalah:
Al-Imam Al-Auza'i berkata: "Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf
walaupun orang-orang menolakmu dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat
tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata
(yang indah)." (Asy-Syari'ah, Al-Ajurri hal. 63).
Al-Imam As-Sam'ani berkata: "Syi'ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti
manhaj as-salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan
(dalam agama)." (Al-Intishar li Ahlil Hadits, Muhammad bin 'Umar Bazmul
hal. 88).
Al-Imam Al-Ashbahani berkata: "Barangsiapa menyelisihi shahabat dan
tabi'in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya." (Al-Hujjah fii
Bayanil Mahajjah 2/437-438).
Al-Imam Asy-Syathibi berkata: "Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf maka ia adalah kesesatan." (Al-Muwafaqat 3/284).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Tidak tercela bagi siapa saja
yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya,
bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf
pasti benar." (Majmu' Fatawa 4/155). Beliau juga berkata: "Bahkan
syi'ar ahlul bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf." (Majmu' Fatawa
4/155).
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa membimbing kita untuk
mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dinul Islam ini,
mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu
dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Wallahu a'lamu bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar